Departemen Komunikasi dan Informatika bersama Komisi Penyiaran Indonesia dan beberapa lembaga lain yang peduli dengan penyiaran mengadakan pertemuan untuk membahas lembaga rating alternatif pada tanggal 2 Mei 2008 di Depkominfo.

Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Sistem Komunikasi dan Diseminasi Informatika (SKDI) Depkominfo, Freddy Tulung menegaskan perlunya membuat suatu lembaga alternatif yang Independen dan bisa hidup berkelanjutan dan masyarakat. Lembaga ini tidak bertujuan untuk menyaingi lembaga rating yang ada tetapi memberikan informasi dan pilihan kepada industri, media, dan periklanan dalam merumuskan programnya.

Rating merupakan ukuran jumlah khalayak yang mengakses suatu program media, menjadi acuan lembaga media dan lembaga iklan dalam mengembangkan produknya. Di Indonesia rating hanya dikeluarkan oleh satu lembaga yaitu AGB Nielsen.

Pemerintah, atas desakan DPR dan masyarakat, memandang perlu untuk memfasilitasi terbentuknya lembaga rating alternatif yang menjadi rujukan pembanding terhadap Lembaga rating yang ada.

Sementara itu, Anggota KPI Pusat Bimo Nugroho Sekundatmo menilai perlu untuk mendorong lembaga alternatif tersebut supaya tidak terjadi monopoli rating. “Dengan demikian, masyarakat, TV, radio, dan pemasang iklan di lembaga penyiaran mempunyai banyak pilihan, minimal ada second opinion,” kata Bimo.

“Alternatif lain juga bisa dilakukan dalam bentuk survey atau penilaian kualitatif, karena kita harus melindungi publik dari hal-hal yang tidak mendidik,” lanjut Bimo

Turut hadir dalam acara ini staf pengajar pascasarjana ilmu komunikasi UI Pinckey Triputra, aktor dan produser film Dedi Mizwar, peneliti dari ITS Agnes Rumiyati, Ketua P3I Ivan Ramli, praktisi penyiaran Uni Lubis (ANTV), Hardiyanto (SCTV), dan kalangan penyiaran lainnya. Red
Sumber : www.kpi.go.id

Label: